Ilmu Gizi, Universitas Diponegoro dan Kota Semarang (Part 3) ~ Dee Nutrition

Friday, October 27, 2017

Ilmu Gizi, Universitas Diponegoro dan Kota Semarang (Part 3)

Cerita Kehidupan Di Kota Semarang

Untuk part 3 kali ini masih membahas cerita kehidupan saya ketika saya kuliah dan hidup selama hampir 4 tahun di Kota Semarang.

Beli Makanan dengan Bahasa Indonesia di Warung Makan


Entah ini tindakan rasisme atau bukan, tapi saya sering mendapati harga makanan saya jadi lebih mahal ketika saya membeli makanan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Pernah ada satu pengalaman ketika saya beberapa minggu kuliah di Kota Semarang saya mengalami diskriminasi. Jadi saya dan teman – teman saya memesan dan ingin makan di salah satu warung makan dekat kampus, jadi saya dan teman saya yang orang jawa membeli makanan dengan lauk pauk sama dan minuman yang sama.
Ketika saya ingin membayar, disinilah terjadi permasalahannya, padahal saya dan teman saya ini memesan makanan dan minuman yang sama namun kenapa saya bayar lebih mahal Rp.2000 dibandingkan teman saya ? saya benar – benar masih ingat kejadian tersebut, saya membayar lebih dahulu karena saya makan dengan cepat lalu kemudian beberapa menit setelah itu teman saya membayar, karena jarak tempat makan kami dan tempat membayar itu dekat tentu saja saya bisa mendengar apa yang dikatakan ketika teman saya membayar.
Saya menggunakan Bahasa Indonesia sedangkan teman saya menggunakan Bahasa Jawa, dan mungkin dari situlah yang menyebabkan saya diberikan harga yang agak lebih mahal. Walaupun hanya Rp. 2000, tetap saja itu membuat saya kesal, bagaimana mungkin bisa terjadi seperti itu, bahkan saya yang orang Lampung yang di Lampung banyak orang Jawanya ketika saya membeli makan di tempat orang Jawa tidak terjadi hal seperti itu, tapi kenapa disini begitu ? usut punya usut ternyata memang terkadang ada penjual nakal yang melakukan hal tersebut.
Setelah kejadian itu saya agak – agak tidak percaya lagi untuk makan di warung makan yang tidak ada ketentuan harga pastinya, karena pasti kejadian tersebut akan terulang lagi( itu pasti). Sampai sekarang say ajika ingin makan atau membeli makan, saya membeli makan di warung makan yang sudah terdapat ketentuan harga nasi, lauk, dan sayurnya jadi kejadian diatas tidak akan terulang lagi ke saya.
Saya sebenarnya bisa berhasa Jawa, namun ada satu masalah yang saya alami ketika berbicara dalam Bahasa Jawa yaitu adalah saya tidak memiliki logat untuk bisa berbahasa Jawa. Saya masihlah keturunan jawa namun saya tidak memiliki logat Jawa sama sekali yang membuat saya jika berbicara Bahasa jawa akan ketahuan bahwa saya bukan orang Jawa.

Mencoba Mengasah Bahasa Jawa, But Failed


Sudah seharusnya ketika kita berada disuatu lingkungan kita harus menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut. Kita harus beradaptasi dan berbaur dengan lingkungan sekitar saat kita berada di negeri orang. Sebagai anak rantau yang berasal dari Lampung, mungkin Bahasa Jawa sudah sering ditemui di Lampung. Ketika masa transmigrasi zaman penjajahan dahulu, Lampung merupakan salah satu lokasi transmigrasi pertama dan utama dari Pulau Jawa oleh karena itu terdapat berbagai suku di Lampung, seperti suku Jawa, Bali, Sunda, dsb. Suku Jawa di Lampung memiliki jumlah yang sangat banyak, jika anda orang jawa dan pergi ke Lampung maka jangan kaget jika terkadang anda akan menemui orang yang bisa berbahasa Jawa.
Saya sangat menyukai Bahasa Inggris, namun saya tetap tidak ingin menghilangkan Bahasa suku saya yaitu Bahasa Lampung dan Bahasa Jawa. Saya ingin mempelajarinya dengan baik, karena untuk melestarikan budaya tersebut agar tidak punah kita sebagai generasi muda tetap harus mempelajarinya bukan ? Saya sedikit tahu tentang Bahasa Jawa dan Lampung, jika ada orang – orang mengajak saya mengobrol atau mendengar obrolan berbahasa Jawa atau Lampung, saya akan bisa mengerti, namun saya hanya bisa menjawab mereka dengan Bahasa Indonesia karena takut salah. Saya lebih suka menggunakan Bahasa Lampung daripada Bahasa Jawa, karena logat Bahasa Lampung lebih cocok untuk saya ketimbang Bahasa Jawa. Ada satu masalah yang saya alami ketika berbicara Bahasa Jawa, yaitu logat Bahasa jawa yang sejak dahulu tidak pernah saya bisa lakukan atau terapkan.
Ketika saya berkuliah di Jawa tentu saja saya berpikiran untuk mencoba berbicara Bahasa Jawa dalam kehidupan keseharian saya di kampus, setidaknya sesekali saya ingin berbicara Bahasa Jawa. Saya sebenarnya sejak awal kuliah ingin mengasah kemampuan berbahasa jawa saya, namun masalah logat selalu menjadi kendala bagi saya ketika mencoba berbicara dengan Bahasa Jawa. Saya sebagai orang Lampung dan Jawa memiliki logat untuk berbicara Bahasa lampung, namun saya benar – benar tidak memiliki logat Bahasa Jawa sama sekali. Jadi ketika saya berbicara Bahasa Jawa, pasti orang – orang Jawa Asli yang saya ajak bicara akan langsung tertawa dan mengatakan saya terlalu memaksakan untuk berbicara Bahasa Jawa. Saya tidak tahan membuat diri saya ditertawakan, jadi daripada saya ditertawakan karena memang logat saya yang tidak bisa dan terlalu dipaksakan, akhirnya saya menyerah dan menggunakan Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris malahan lebih baik untuk saya.
Saya sangat ingin bisa berbicara Bahasa Jawa dan berkomunikasi dengan Bahasa Jawa, namun apa daya jika saya tidak memiliki logat untuk berbahasa Jawa. Saya sebenarnya sudah melatih diri saya untuk membiasakan mendengar orang Jawa berbicara Bahasa Jawa, ada logat yang khas di sana ketika mereka berbicara Bahasa Jawa, namun ketika saya mencoba untuk mempraktekkanya malah menjadi tidak karuan dan seperti berlebihan dan terlalu dipaksakan ketika saya berbicara Bahasa Jawa, jadinya saya ditertawakan oleh orang – orang sekitar

Mandi Di Semarang Tidak Ada Dinginnya Sama Sekali


Mandi di Kota Semarang sama sekali kita tidak dapat merasakan dinginnya air, apalagi jika Anda hidup atau tinggal di tengah kota Semarang, maka sudah dapat dipastikan bahwa air dingin nan segar tidak akan Anda dapatkan jika Anda ingin mandi dan merasakan kesegaran air dingin. Saya 3 tahun tinggal di tengah kota Semarang, karena dulu kampus saya masih di gedung Fakultas Kedokteran lama di Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Kariadi, saya haruslah tinggal di tengah kota Semarang.
Ketika saya di Lampung, saya tidak akan berani mandi sangat pagi atau malam – malam kecuali jika menggunakan air hangat karena air untuk mandinya itu sangat dingin. Ketika saya berada di Semarang semuanya sangat berbeda airnya, Airnya itu biasa saja, jika Anda mandi di tengah hari malahan akan mendapatkan air hangat.  Anda mandi di pagi hari pun lewat dari jam 6 pagi Anda sudah tidak dapat merasakan air dingin yang benar – benar dingin dan segar. Tentunya sangat menjengkelkan karena Kota Semarang adalah kota yang panas, dan ketika kita mandi air yang tidak segar dan menyejukkan sama saja tetap akan membuat kita gerah ketika selesai mandi, ditambah jika Anda tidak memiliki kipas angina seperti saya maka kegerahan setelah mandi karena cuaca yang panas akan membuat Anda kegerahan.
Saya yang biasanya mandi maksimal 2 kali sehari ketika di Lampung, berubah menjadi 3 kali dalam sehari ketika di Semarang, yaitu pagi hari, sore hari dan malam sebelum tidur. Hal ini dikarenakan setelah saya mandi sore saya akan tetap banyak berkeringat karena cuaca kota Semarang yang panas walaupun menjelang malam atau waktu malam, dan saya tidak memiliki kipas angin. Jika saya tidak mandi malam sebelum tidur maka tidur saya akan terganggu karena kegerahan dan gatal – gatal akibat kegerahan. Makanya saya banyak mandi ketika di Semarang.
Masalah lain adalah adaptasi tubuh, karena saya lama tinggal di Semarang dengan kondisi air yang tidak terlalu dingin, hal ini mengakibatkan saya harus beradaptasi lagi ketika saya pulang kampung ke Lampung saat libur kuliah. Tak pelak hal ini mengakibatkan saya sering sakit ketika kembali ke lampung karena air di lampung itu lebih dingin dan segar ketimbang saat di Semarang. Biasanya untuk mencegah terkena sakit (walaupun kadang tidak berhasil) di beberapa hari awal ketika saya liburan di Lampung, saya menggunakan air hangat untuk mandi baru beberapa hari setelahnya saya menggunakan air dingin agar sudah terbiasa.
Sekian untuk artikel part 3 dari Ilmu Gizi, Universitas Diponegoro dan Kota Semarang. Tunggu artikel – artikel selanjutnya hanya di Dee Nutrition’s. Jika ada yang ingin ditanyakan atau Anda ingin berkomentar, Silahkan kirimkan pesan melalui boks komentar yang ada di bawah. Kritik dan saran Anda juga sangat membantu kami jika ada yang ingin disampaikan.
Jangan lupa subscribe melalui email dan like fans page Dee Nutrition’s Blog untuk mendapatkan informasi terbaru dari blog ini. Sekian dan Terima kasih.

Share:

0 Comments:

Post a Comment

Blog Archive

Labels