Jujur saya tidak pernah mengambil test TOEFL ITP sebelumnya, namun saya sudah 3 kali melakukan test TOEFL proficiencytest, skor nya yaitu (secara berurutan) 463 (pertama kali saat SMA) , 517 (ketika kuliah) dan 617 (Semester 6 Kuliah). Perasaan saya ketika melaksanakan TOEFL ITP waktu itu tentu saja deg – degan karena baru pertama kalinya mengikuti tes tersebut. Saya belum tahu medan tes nya. Saya mendaftarkan untuk ikut TOEFL ITP di Balai UPT Bahasa Universitas Lampung (Unila) pada hari Sabtu, 06 Januari 2018. Saya memutuskan untuk ambil di Lampung karena ketika itu saya sudah selesai dari kuliah saya (di Universitas Diponegoro/Undip, Semarang, Jawa Tengah), dan harus segera pulang karena yang saya segala berkas yang ingin saya urus sudah selesai semua. Mulanya saya sebenarnya ingin melaksanakan TOEFL ITP di bulan Desember 2017 di Semarang, namun karena di bulan tersebut ternyata tidak ada Lembaga yang melaksanakan TOEFL ITP, makanya saya memilih TOEFL ITP di Unila yang merupakan kampung halaman saya.
Saya sudah daftar TOEFL ITP dari akhir bulan November 2017, dan sebenarnya di bulan Desember 2017 sudah bisa dilaksanakan TOEFL ITP di Unila karena kuotanya sudah memenuhi. Bagi kalian yang belum tahu, jadi untuk bisa menyelenggarakan TOEFL ITP, dibutuhkan kuota minimal yaitu 10 orang agar bisa melaksanakan tes nya. Ketika itu, di awal bulan Desember 2017, saya sudah dikabari bahwa kuota telah memadai dan akan dilaksanakan tes pada hari Sabtu, 09 Desember 2017, namun masalahnya saya tidak bisa ikut tes karena saya masih berada di Semarang (urusan saya belum selesai). Saya baru selesai mengurus berkas – berkas kelulusan saya di minggu kedua di bulan Desember 2017 yang mana adalah minggu dimana tes TOEFL ITP akan dilaksanakan. Jujur saya agak ‘galau’ karena saya bingung dan belum merasa matang. Ditambah lagi karena jadwal latihan saya yang acak – acakan dan tidak jelas, membuat saya semakin tidak yakin untuk bisa ikut tes di tanggal 09 Desember.
Akhirnya saya tidak ikut pada tanggal tersebut, dan harus menerima kenyataan dimana saya harus menunggu lagi agar kuota terpenuhi dan bisa dilaksanakan TOEFL ITP lagi di Unila. Ya, saya cukup maklum, dibandingkan dengan Kota Semarang atau Kota – kota besar lainnya, tentunya peminat TOEFL ITP masih sedikit di Lampung jadinya juga waktu untuk bisa memenuhi kuota agar bisa terpenuhi juga cukup lama. Kata CP dari balai Bahasa Unila, TOEFL ITP itu tidak tentu, kadang di satu bulan banyak yang daftar untuk ambil TOEFL ITP dan satu bulan bisa 2 kali melaksanakan TOEFL ITP, ada juga kejadian dimana sampai 3 bulan kuota baru tercukup (pada kuota minimal 10 orang lho). Dari situ saya agak was – was, karena saya takut kuota akan terpenuhi dalam waktu yang cukup lama dan saya melewatkan kesempatan untuk daftar beasiswa, namun ternyata kekhawatiran itu tidak terjadi. Saya ‘hanya’ harus menunggu 1 bulan untuk bisa melaksanakan TOEFL ITP lagi.
Satu bulan menunggu pelaksanaan tes, dan saya juga sudah kembali di rumah dan tidak mengurusi apa – apa lagi, maka saya sudah bisa fokus belajar untuk tes nya, namun ternyata saya masih tetap terlalu malas dan belum bisa disiplin dengan jadwal latihan yang sudah saya buat. Saya juga ternyata meremehkan dan santai – santai karena saya merasa yakin bisa dapat skor yang saya inginkan. Semua yang saya lakukan bukan tanpa alasan karena ketika saya latiha, saya selalu mendapatkan skor diatas 550, yaitu dengan rentang 580 – 617. Memikirkan kejadian itu sebenarnya saya agak menyesal karena saya tidak bisa mencapai target saya yaitu dapat skor 600. Saya mendapatkan skor 597, satu soal lagi benar dan saya bisa dapat skor 600. Menyakitkan bukan? Ya mungkin ini adalah pertanda sekaligus pengigat bagi saya dari Tuhan kalau saya tetap tidak boleh meremehkan sesuatu dan tetap serius agar tidak ‘terpeleset’ dikemudian hari.
Strategi saya saat latihan pada waktu itu adalah menyempurnakan bagian yang saya bagus disitu dan meningkatkan sedikit nilai dibagian yang saya tidak bagus. Saya sangat senang dengan Listening dan Reading, dan saya tidak suka dengan Grammar. Alasannya? Karena latihan Listening dan Reading tidak perlu membaca terlalu banyak aturan, rumus dan teori tentang Grammar/struktur Bahasa inggris. Selain itu saya juga sejak dulu sudah senang menonton tv, film, video dan mendengarkan lagu berbahasa inggris yang terus melatih kemampuan Listening saya. Untuk kemampuan Reading, sudah sejak kecil saya suka bermain Scrabble, membaca novel fantasi, Wikipedia, majalah, ebook, artikel/berita berbahasa inggris. Nah Structure & Written Expression adalah bagian yang paling tidak saya suka karena saya harus ‘buka’ dan ‘belajar’ Grammar/struktur Bahasa inggris lagi, DARI AWAL. Jujur ada perasaan malas ketika saya harus belajar teori, rumus dan aturan untuk Grammar, namun karena saya membutuhkan itu dan ingin nilai saya di Structure & Written Expression meningkat menjadi baik, maka mau tidak mau saya harus mempelajarinya dengan sedikit lebih ‘giat’ (walaupun pada akhirnya saya masih sedikit malas dan ngebut belajar di satu minggu sebelum pelaksanaan tes)
Satu minggu sebelum tes, saya mulai agak bersantai dan hanya fokus untuk belajar Grammar dan latihan soal Structure & Written Expression Section dan satu hari sebelum tes saya ‘malah’ bersantai – santai bermain games. Saya terlalu meremehkan tes nya, dan akhirnya malapetaka ketika tes pun datang. Ada beberapa masalah yang terjadi ketika tes berlangsung.
Dibawah ini adalah masalah – masalah besar yang saya hadapi ketika tes akibat dari saya meremehkan tes nya dan merasa sudah bisa dengan TOEFL ITP. Saya menuliskan 3 (tiga) besar masalah yang saya hadapi ketika tes.
Berlatih Mengisi Jawaban di Lembar Jawaban Komputer (LJK) TOEFL ITP
Ok. Masalah ini yang benar – benar mengganggu saya ketika saya berada di Listening Section. Saya sudah lama tidak mengisi jawaban menggunakan LJK. Kalian tahu kan? Untuk bisa menjawab jawaban soal kita harus melingkari pilihan yang menurut kita benar. Masalahnya karena saya sudah lama tidak melakukannya, saya lupa bagaimana lambatnya saya dalam melingkari jawaban. Saya itu orang yang perfeksionis dan ambisius serta khawatiran,bahkan untuk melingkari jawaban jadinya saya harus melingkarinya dengan ‘sempurna’ karena jika tidak saya akan khawatir kalau lingkaran jawabannya kurang hitam dan akhirnya jawaban saya tidak terbaca ketika di scan komputer.
Proses melingkari yang terlalu lama membuat saya menghabiskan waktu menjawab soal dan bahkan sampai ketinggalan dengan soal Listening yang diputar. Jadi waktu itu, saya bahkan pernah menghabiskan waktu jeda 12 detik saya untuk mencari jawaban dan melingkari jawaban di LJK dan membuat saya ketinggalan soal dan harus kerja ganda dimana saya tetap melingkari jawaban sambil mendengarkan Listening. Akibatnya? Bisa ditebak. Tentu saja ada beberapa soal listening yang terlewat dan akhirnya saya tidak begitu mengerti inti percakapan dari soal Listeningnya, sejak itu saya menyesal karena saya terlalu lama dalam membulatkan jawaban. Untuk kalian yang membaca ini dan ingin melaksanakan TOEFL ITP di masa depan nanti, saran saya adalah jangan malas latihan dan latihan lagi membulatkan jawaban di LJK agar bisa lebih cepat, karena jeda 12 detik itu cepat lho kalau kita banyak melakukan kesalahan dan akhrinya malah bisa meningkatkan presentase kita ketinggalan percakapan listeningnya dan (parahnya lagi) salah pilih jawaban. Untung bagi saya, nilai Listening saya masih cukup bagus yaitu dapat skor 63 atau dapat
Terlalu Santai Sampai Lupa Waktu Mengerjakan Berlalu Begitu Saja
Jadi ada satu kesalahan ketika saya latihan TOEFL, saya latihan tanpa membuat simulasi tes yang sebenarnya dimana ada batas waktu mengerjakan soal – soal per section. Akhirnya? Saya terlalu santai mengerjakan soal – soal di Structure & Written Expression, dan Reading Section. Section Structure & Written Expression diberikan waktu sekitar 25 menit untuk menjawab 40 soal pada section tersebut. 40 butir soal dalam waktu 25 menit berarti satu soal dapat 37.5 detik. 37.5 detik untuk membaca soal, membaca pilihan jawaban, memikirkan jawaban, memilih jawaban, dan melingkari jawaban di LJK. Disinilah kebodohan saya terjadi.
Saya benar – benar tidak pernah melakukan simulasi tes ketika latihan dulu, saya hanya mengerjakan soal – soal TOEFL dengan santainya setiap hari sampai hari-H tes. Hasilnya? Ketika saya baru mengerjakan 16 soal di section Structure & Written Expression, ternyata saya sudah menghabiskan waktu sekitar 12 menit lebih. Padahal jika dihitung, harusnya saya sudah berada di nomor 20 atau 21. Ketika saya melihat jam dan waktu menunjukkan tinggal 13 menit lagi, saya benar – benar kacau. Akhirnya saya mau tidak mau harus mempercepat diri saya untuk menjawab pertanyaan -pertanyaan di section Structure & Written Expression hingga selesai. Hasilnya? Section Structure & Written Expression saya mendapatkan nilai paling jelek yaitu 56. Saya benar – benar menyesal akan hal itu, saya terlalu bersantai – santai dalam menjawab soal dan akhirnya berimbas pada nilai akhir TOEFL saya (597 dimana satu soal lagi benar bisa dapat skor 600).
Saya Mengantuk di Reading Section
Apa yang akan terjadi ketika anda mengantuk ketika ujian? Tentu saja kacau balau, karena anda menjadi tidak fokus dalam membaca pertanyaan dan menjawab soal. Akhirnya ya sama, semakin meningkatkan presentase menjawab jawaban salah pada soal yang kita baca. Mengantuk adalah hal yang wajar? Apalagi bagi saya yang suka begadang, maka mengantuk ketika ujianpun bisa terjadi, tetapi masalahnya saya itu sudah tidur cukup beberapa hari sebelum tes. Saya juga sudah minum kopi agar saya tidak mengantuk ketika tes, ternyata kopinya kurang ampuh dan saya masih mengantuk.
Mengantuk di bagian Reading Section adalah hal yang fatal karena kita harus membaca setiap passages yang diberikan, lalu membaca soal dan mencari jawabannya di passages yang diberikan. Terdapat 50 soal dengan 5 passages dan waktu yang diberikan hanya 55 menit. Menurut saya waktu yang diberikan itu cukup, hanya masalahnya karena saya mengantuk akhirnya saya jadi tidak fokus dan merasa tergesa – gesa dalam menjawab. Terkadang karena mengantuk juga membuat saya tidak fokus dalam mencari clue atau jawaban yang ada di passage tersebut. Sulit untuk memahami Bahasa inggris ketika sedang mengantuk berat. Ketik hasil TOEFL ITP saya keluar, ya reading saya tidak begitu hancur, saya mendapatkan skor 60 pada Reading Section. Tetapi tetap saja saya masih agak menyesal karena saya mengantuk ketika mengerjakan soal.
Terlalu banyak Minum dan Menahan Buang Air Kecil ketika Tes
Ini masalah lain yang saya hadapi ketika saya melaksanakan ujian TOEFL ITP. Sebenarnya tidak hanya ujian TOEFL juga, secara umum jika saya khawatir maka saya akan banyak minum sebelum ujian dimulai. Oh ia, kita tidak boleh membawa makanan dan minuman ketika pelaksanaan tes berlangsung, peserta tes juga tidak diperbolehkan keluar untuk buang air kecil. Karena hal ini, kita harus cukup minum dan sudah makan sebelum tes dimulai.
Masalah muncul ketika saya merasa cemas, saya akan mondar-mandir dan minum banyak air. Akibatnya? Saya mulai merasakan perasaan ingin buang air kecil waktu saya berada di Structure & Written Expression Section. Saya benar – benar menahan buang air kecil saya sampai ujian selesai. Hal ini membuat saya menjadi kurang fokus karena saya menahan buang air kecil (yang seharusnya memang tidak boleh ditahan dan harus segera dikeluarkan.)
Nah Bagaimana? Itu adalah cerita saya mengenai pengalaman saya dalam mengikuti TOEFL ITP. Apa yang saya pelajari dan saya petik dari pengalaman tersebut? Banyak, saya harus lebih serius dan sungguh – sungguh latihan IELTS (karena saya juga ingin mengambil IELTS di bulan April 2018), harus disiplin dengan jadwal latihan, tidak boleh meremehkan suatu tes walaupun kita yakin kita bisa mendapatkan skor yang tinggi atau baik, saya juga harus melatih kemampuan menjawab dan menulis jawaban di LJK agar tidak ketinggalan (apalagi di bagian Listening).
Ada pertanyaan? Silahkan kirimkan pertanyaan kalian melalui kolom komentar yang ada dibawah ini. Jika menurut kalian artikel ini bermanfaat, anda bisa share artikel ini di Social media anda. Sekian dan Terimakasih.
0 Comments:
Post a Comment