September 2017 ~ Dee Nutrition

Saturday, September 30, 2017

Obesitas Sentral dan Bahaya Perut Buncit Bagi Seseorang


Tahukah anda bahwa perut buncit memiliki dampak yang tidak baik bagi seseorang ? Perut buncit memiliki kaitan dengan obesitas sentral (penimbunan lemak abdomen atau perut berlebih) dan meningkatkan risiko terkena penyakit seperti diabaters dan kardiovaskular (penyakit jantung, aterosklerosis (plak pada pembuluh darah), stroke)) dan bahkan kematian.

“Lingkar Perut mempunyai kaitan dengan terjadinya obesitas sentral dan penyakit terkait obesitas sentral pada seseorang”

Lalu sebenarnya perut ‘buncit’ seperti apa yang dikategorikan sebagai indicator terhadap obesitas sentral dan meningkatkan terjadinya penyakit kardiovaskular pada seseorang ? Untuk dapat mengetahuinya dapat digunakan pengukuran lingkar pinggang yang cukup praktis. Lingkar pinggang seseorang dapat dijadikan sebagai indicator distribusi lemak abdomen dan obesitas sentral baik untuk pria maupun wanita. Secara umum, wanita yang memiliki lingkar perut lebih dari 80 cm dan pria yang memiliki lingkar pinggang lebih dari 90 cm memiliki risiko yang tinggi untuk terkena masalah kesehatan yang berhubungan dengan obesitas sentral seperti diabetes, dan penyakit kardiovaskuler (penyakit jantung, tekanan darah tinggi, aterosklersosis (plak lemak pada pembuluh darah), stroke). Semakin besar lingkar pinggang seseorang semakin meningkatkan risiko terkena penyakit – penyakit tersebut dan meningkatkan mortalitas dan morbiditas seseorang. Sebenarnya terdapat cara lain untuk digunakan sebagai indicator obesitas sentral namun pengukuran lingkar pinggang juga sudah cukup untuk dijadikan sebagai indicator untuk mengetahui apakah seseorang memiliki risiko yang tinggi terhadap penyakit terkait obesitas sentral.1

Untuk dapat mengukur lingkar perut secara benar terdapat tiga macam cara, namun cara yang paling mudah dan cepat digunakan adalah mengukur lingkar perut melalui tengah – tengah pusar kita. Dibawah ini adalah cara untuk mengukur lingkar perut (Dibutuhkan 2 orang untuk melaksanakan pengukuran lingkar perut atau jika sendirian bisa menggunakan bantuan kaca)

1. Siapkan pengukur lingkar pinggang (bisa menggunakan meteran pakaian)
2. Berdirilah tegak, Lepaslah atau angkat pakaian yang menutupi perut ke bagian atas badan agar tidak menutupi bagian perut yang akan diukur
3. Pengukur jongkok dan berada kepal sejajar dengan perut yang diukur atau jika sendirian berdiri sejajar di depan kaca yang panjang yang dapat merefleksikan tubuh anda atau bagian perut anda
4. Metode paling cepat untuk ukur lingkar perut adalah melalui pusar, lingkari perut 360 derajat dan melewati tengah – tengah pusar, perhatikan apakah pengukuran sudah lurus dan tidak miring pengukurnya (Jika dibantu ada yang mengukur maka pengukur bisa melihat apakah sudah lurus atau masih miring, jika sendirian coba dilihat melalui refleksi kaca dengan cara menghadap kaca dan berputar untuk melihat apakah sudah lurus pengukurannya.
5. Pengukuran dilakukan minimal sebanyak 2 – 3 kali pengukuran untuk meningkatkan akurasi dan presisi

Bagaimana? apakah perut kalian ‘buncit’ dan termasuk kedalam kategori berisiko terkena obesitas sentral ? Ukurlah lingkar perut anda apakah masih dibawah batas normal atau sudah melebihi, jika hampir mendekati atau bahkan melebihi anda harus merubah pola makan dan pola hidup jika ingin mengecilkan perut anda. Bagaimana cara mencegah terjadinya perut buncit ? utamanya adalah perubahan gaya hidup dan pola makan menjadi baik dan sehat setiap harinya. Olahraga yang direkomendasikan untuk seseorang adalah minimal 60 menit per hari. Melaksanakan olahraga rutin dan konsumsi makanan secara baik seperti cukupi asupan energi dan makan tidak berlebih, konsumsi lemak dikurangi, perbanyak asupan serat dari buah dan sayur2.

Sekian untuk artikel kali ini, terimakasih telah berkunjung di Dee Nutritions Blog, Jika ada yang ingin ditanyakan, silahkan bertanya pada kolom komentar yang ada dibawah. Jangan Lupa subscribe email dan like fans page Dee Nutritions. Terimakasih.

Daftar Pustaka :
1. Whitney E, Rolfes SR. Understanding Nutrition [Internet]. Cengage Learning; 2010. (Available Titles CourseMate Series). Available from: https://books.google.co.id/books?id=LhSLKVmauGoC
2. Majors MR. Dietary Habits and Knowledge of College Age Students. 2015;













Share:

Thursday, September 28, 2017

Apakah Kalian Termasuk Kurus, Ideal atau Gemuk ? Cek Status Gizi Kalian !


            “Saya terlalu gemuk”, “saya terlalu kurus”, “saya normal – normal saja”. Pernyataan-pernyataan disamping pasti pernah anda lontarkan ketika anda menimbang berat badan anda ? Tapi apakah jika dilihat dari status gizi anda memanglah kurus normal atau gemuk ? Anda bisa mengetahuinya dengan melakukan perhitungan status gizi. Secara umum, status gizi adalah keseimbangan antara keseimbangan antara zat – zat gizi yang masuk dalam tubuh dan penggunaanya. Status gizi adalah status atau keadaan yang menggambarkan keseimbangan yang terjadi antara asupan makan dan gizi yang diasup oleh seseorang dari makanan dan minuman dengan penggunaan zat gizi nya dalam tubuh, apakah kurang cukup atau melebihi kebutuhan, dan berlangsung dalam jangka waktu lama. Penentuan status gizi memiliki berbagai macam cara, namun cara yang paling familiar dan mudah secara umum adalah Indeks Massa Tubuh atau IMT ? Pernah mendengarnya ?

“ Indeks Massa Tubuh (IMT) membantu anda memberikan gambaran status gizi dengan cara yang murah dan mudah”



            Indeks massa tubuh (IMT) berguna untuk menilai dan menyesuaiakn berat badan anda. Cara ini merupakan cara yang paling mudah dan juga murah untuk bisa mengetahui status gizi anda. Pengukuran status gizi menggunakan IMT adalah untuk memantau status gizi orang dewasa yaitu lebih dari 18 tahun. Dibawah ini adalah rumus untuk menghitung status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) :

Indeks Massa Tubuh (IMT) = Berat Badan (Kg)/(Tinggi Badan (m))2
Kategori Status Gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh menurut WHO*
Kurang dari 18.5
Kurus (Underweight)
18.5 – 22.9
Normal
Lebih dari 23.0
Overweight (Gemuk)
23.0 – 24.9
Berisiko Obesitas
25.0 – 29.9
Obesitas Tingkat I
Lebih dari 30
Obesitas Tingkat 2
*untuk standar orang Asia


Contoh :
Budi memiliki berat badan 56 Kg dengan tinggi badan 170 cm, berapakah Indeks Massa Tubuh (IMT) Budi dan Budi termasuk dalam kategori apa ?
Jawaban :
Diketahui       : Berat Badan = 56 Kg, Tinggi Badan = 170 cm = 1.7 m
Jawab             : Indeks Massa Tubuh (IMT) = Berat Badan (Kg)/(Tinggi Badan (m))2
                                Indeks Massa Tubuh (IMT) = 56 (Kg)/(1.7 (m))2
                                Indeks Massa Tubuh (IMT) = 56 (Kg)/(2.89)
                          Indeks Massa Tubuh (IMT) = 19.3 Kg/m2
Kesimpulan     :
Budi memiliki Indeks Massa Tubuh sebesar 19.3 Kg/m2 dan termasuk dalam kategori normal.


Bagaimana ? Mudah bukan untuk menghitung status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) ? Sudahkah kalian mengetahui status gizi kalian dari perhitungan indeks massa tubuh ? Berada di kategori apakah nilai IMT anda ? Jika ingin bertanya jangan Lupa komentar dibawah ini, Subscribe dan tunggu artikel – artikel selanjutnya hanya di Dee Nutritions Blog.          
Share:

Pembelajaran Berbasis Game Digital Terhadap Pengetahuan Gizi


Zaman terus berkembang, teknologi semakin maju dan mempengaruhi berbagai sector di keseharian kita, salahsatunya adalah edukasi gizi berbasikan game digital”


            Perkembangan zaman terus berjalan, teknologi pun makin berkembang dan makin maju. Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi mempengaruhi berbagai sector di keseharian manusia, salah satunya adalah dalam penggunaan media edukasi dalam edukasi gizi dan kesehatan1. Edukasi gizi bertujuan untuk mempengaruhi dan meningkatkan pengetahuan gizi sehingga diharapkan akan terjadi perubahan sikap dan perilaku seseorang terkait gizi dan pola hidup sehat.

Edukasi gizi tidak lepas dari penggunaan media, karena media membantu sebuah penyampaian informasi/pengetahuan ke sasaran menjadi lebih mudah. Edukasi atau pembelajaran berbasis teknologi atau secara spesifik melalui game digital terus mulai dilirik dan terus diteliti. Penggunaan game digital sebagai media edukasi ternyata membuahkan hasil positif dimana game digital dapat digunakan sebagai media alternative dalam edukasi gizi dan kesehatan2,3, selain itu media game digital juga dapat digunakan untuk semua kelompok usia.3 

Penggunaan game digital sebagai media edukasi memiliki banyak kelebihan dibanding media lainnya, beberapa hal diantaranya adalah :
1.      Penggunaan Multi Indera : Edukasi gizi yang menggunakan banyak indera akan lebih meningkatkan diterimanya informasi/pengetahuan yang diinginkan ke sasaran. Media game menggunakan 3 basis indera : Penglihatan (Visual), Pendengaran (Audio) dan Sentuhan (Touch)
2.      Sasaran/subjek aktif berpartisipasi dalam mencari informasi yang diberikan, dibandingkan media konvensional, media game akan menuntut sasaran untuk bermain dan mencari informasi yang terdapat pada game
3.      Problem Based Learning, biasanya dalam game seseorang akan diberikan sebuah permasalahan dan dituntut untuk memecahakan masalah dan mencari solusinya. Tingkat kesulitan dan tantangan dari permasalahannya tergantung dari pembuat game dan kelompok sasaran yang dituju
4.      It’s Fun (Bermain Game itu menyenangkan), sudah tidak dapat lagi dipungkiri bahwa tujuan dari bermain game adalah untuk bersenang – senang, dengan penggunaan media edukasi berbasikan game edukasi maka sasaran akan dapat mencari dan mendapatkan informasi dengan cara yang menarik dan menyenangkan dibandingkan media edukasi konvensional seperti poster, leaflet, brosur atau buku sekalipun.1

Sepertinya penelitian mengenai edukasi berbasiskan game atau dunia digital akan terus bertambah seiring dengan semakin berkembangnya zaman dan majunya teknologi, karena nyatanya penggunaan teknologi digital dalam edukasi memang membantu dan memberikan pilihan alternative dalam melakukan edukasi gizi dan juga informasi yang diberikan dapat diterima oleh sasaran yang dituju1–3.

            Sekian untuk artikel kali ini, terimakasih telah berkunjung di Dee Nutritions Blog. Jangan lupa Subscribe melalui Email untuk mendapatkan update terbaru dari blog ini, jika ada yang ingin ditanyakan anda dapat berkomentar di kolom komentar yang ada dibawah. Terimakasih

Daftar Pustaka :
1.        Erhel S, Jamet E. Digital game-based learning: Impact of instructions and feedback on motivation and learning effectiveness. Computers and Education [Internet]. 2013;67:156–67. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.compedu.2013.02.019
2.        Peng W. Design and evaluation of a computer game to promote a healthy diet for young adults. Health Communication. 2009;24(2):115–27.

3.        Yien J, Lin Y, Hwang G-J, Lin Y-C. A Game-Based Learning Approach To Improving Students ’ Learning Achievements in a Nutrition Course. The Turkish Online Journal of Educational Technology. 2011;10(2):1–10.
Share:

Wednesday, September 27, 2017

Stunting Kids (E)

Stunting Kids (E)

Adolescence time is one of the critical phases in human life. This phase is where the growth and the development before become an adult occurred. Adolescence phase is just like a transitional kind of thing which kid will become an adult. The nutritional need also keeps increasing before it stops when he/she becomes an adult, so food and nutrition intake must be fulfilled for a normal growth and development and combating malnutrition1.

“Stunting atau Pendek is one of nutrition problem in developing country and Indonesia is one of them”

The prevalence of stunting is high in developing country. In Indonesia, the prevalence of stunting is still high. The data from RISKESDAS 2013 (Indonesia’s National Health Surveys 2013) said that the percentage of stunting kids (5 – 12 years old) is 30.7% which 18.4 is stunting and 12.3% is severe stunting. The problem of stunting in Indonesia is categorized as a severe problem by WHO (World Health Organization).

Stunting Kids (E)
In 2007, WHO released a reference which can be categorized a kid’s growth is normal or stunting1,2, below is the category of children’s height status :

Stunting Category from WHO 2007
Category
Z Score < -3 SD
Severe Stunting
3 SD ≤ Z Score < -2 SD
Stunting
Z Score > -2 SD
Normal

Food and nutrition intake, along with disease/illness plays an important part on the nutrition status of someone. Kids can become stunting because of his/her nutritional intake doesn’t meet his/her daily nutritional needs in a long-term time1. The role of parents in keeping the nutrition status of their children is so important to the children will not gonna get a lack of nutrition intake and do not get stunting3. The role of parents as their guardian has a duty to give a proper quantity and quality of food and nutrition of their kids. Nutrition Knowledge, attitude and behavior of the parents also playing an important role to keep their children away from stunting or other nutrition problem4.




Reference :
1.        Amrullah MF, Gz S. Stunting dan anak usia dini. 2013;4–6.
2.        Kusuma KE. Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Anak Usia 2-3 Tahun ( Studi di Kecamatan Semarang Timur ). 2013;
3.    Rahayu A, Yulidasari F, Khairiyati L, Rahman F. THE RISK FACTOR OF MOTHER’S NUTRITION KNOWLEDGE LEVEL RELATED TO STUNTING IN PUBLIC HEALTH CENTER REGION CEMPAKA , BANJARBARU CITY. 2016;14:6999–7008.
4.    Munawaroh L. “HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN GIZI IBU, POLA MAKAN BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI II KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2006.” 2006;


Share:

Monday, September 25, 2017

Stunting pada Anak - Anak


Masa anak - anak merupakan salah satu fase penting dalam fase pertumbuhan dan perkembangan seseorang, karena pada fase ini kebutuhan asupan makanan terus meningkat seiring dengan bertambahnya usia balita. Kurangnya asupan makanan dan gizi yang cukup pada anak berdampak pada meingkatnya risiko terkena masalah kesehatan dan gizi, salah satunya adalah Stunting1.

“Stunting atau pendek merupakan salah satu masalah gizi yang banyak ditemukan pada anak – anak terutama di negara – negara salah satunya adalah Indonesia”

Stunting atau pendek merupakan salah satu masalah gizi yang banyak ditemukan pada anak – anak. Terutama di negara – negara berkembang seperti Indonesia, kejadian Stunting memiliki tingkat prevalensi yang masih terbilang tinggi. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 melaporkan prevalensi Stunting untuk anak usia 5-12 tahun mencapai 30,7% yang terdiri atas 18,4% pendek dan 12,3% sangat pendek.3 Walaupun angka ini merupakan penurunan dari data sebelumnya di tahun 2010 (35,7%), jumlah kejadiannya masih cukup tinggi sehingga tergolong sebagai masalah kesehatan yang berat menurut WHO1,2.

Seorang anak bisa dikatakan Stunting atau pendek apabila hasil pengukuran tinggi badannya lebih rendah dibandingkan standar tinggi badan untuk seusianya dengan jenis kelamin sama (TB/U). Indikator TB/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung dalam jangka waktu lama. Standar yang digunakan adalah dari nilai median referensi internasional WHO 2007 yaitu z-score kurang dari -2 dari standar deviasi telah teridentifikasi sebagai Stunting. Indicator ini menunjukkan masalah gizi yang kronis sebagai akibat dari keadaan atau kegiatan yang berlangsung lama seperti kekurangan asupan dalam jangka waktu lama, infeksi yang terus menerus atau perilaku hidup tidak sehat1,3.

Tabel Kategori Stunting berdasarkan WHO 2007
KeteranganKategori
Z Score < -3 SDSevere Stunting (Sangat Pendek)
3 SD ≤ Z Score < -2 SDPendek
Z Score > -2 SDNormal

Stunting adalah akibat dari asupan dan konsumsi asupan makanan dan gizi yang kurang kuantitas dan kualitasnya dalam jangka waktu yang lama, ditambah dengan factor lain seperti lingkungan, penyakit infeksi atau pengaruh social budaya. Peran orangtua dalam mencukupi asupan makanan dan zat gizi yang mencukupi sangatlah penting, pada usia 0 – 5 tahun, karena pada masa ini anak – anak masih mempunyai ketergantungan terhadap bantuan orangtua dan pengawasan orangtua sangatlah diperlukan1.

Pentingnya peran orangtua dalam menckupi asupan gizi dan makanan anak serta menjaganya dari terkena masalah kesehatan membuat orangtua harus memiliki pengetahuan terhadap gizi yang baik sehingga anak – anaknya akan diberikan4. Untuk mencukupi kebutuhan gizi anak, orang tua harus tahu tentang kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Pengetahuan gizi yang baik diperlukan oleh orang tua untuk dapat menjaga status gizi anak dan terhindar dari kekurangan gizi5.

Daftar Pustaka
1. Amrullah MF, Gz S. Stunting dan anak usia dini. 2013;4–6.
2. Kementerian Kesehatan RI. RISKESDAS 2013. Jakarta; 2013.
3. Kusuma KE. Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Anak Usia 2-3 Tahun ( Studi di Kecamatan Semarang Timur ). 2013;
4. Rahayu A, Yulidasari F, Khairiyati L, Rahman F. THE RISK FACTOR OF MOTHER ’ S NUTRITION KNOWLEDGE LEVEL RELATED TO STUNTING IN PUBLIC HEALTH CENTER REGION CEMPAKA , BANJARBARU CITY. 2016;14:6999–7008.
5. Munawaroh L. “HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN GIZI IBU, POLA MAKAN BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI II KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2006.” 2006;










Share:

Sunday, September 24, 2017

Pentingnya Pengetahuan Gizi Bagi Seseorang


Menurut Bloom dan Skinnder, pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan, atau tulisan yang merupakan stimulasi dari pertanyaan. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket kuesioner yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden sebelum dan sesudah intervensi dilakukan1.

Pengetahuan adalah satu dari tiga komponen yang mempengaruhi perilaku seseorang, dengan adanya pengetahuan manusia dapat memecahkan setiap persoalan yang ada sepanjang kehdupan mansia dalam pencapaian tujuan hidup yaitu kebahagiaan, keadaan makmur, tenteram, damai, dan sejahrera baik dalam taraf individual maupun taraf sosial2. Pengetahuan juga dapat membantu seseorang mempertahankan dan mengembangkan hidup mereka. Menurut Suhardjo, pengetahuan mempunyai hubungan dengan masalah kesehatan dan status gizi. Seseorang yang mempunyai pengetahuan kesehatan dan gizi yang baik dapat mengetahui berbagai macam gangguan kesehatan yang mungkin terjadi pada dirinya serta dapat mencari pemecahan untuk terhindar dari gangguan kesehatan tersebut3,4.

Gizi punya peranan yang sangat berarti pada proses pertumbuhan yang baik dan optimal pada seseorang. Status gizi seseorang mempunyai peranan penting dalam menjaga kesehatan seseorang, dan untuk menjaga status gizi seseorang diperlukan pengetahuan gizi yang baik. Menurut Suhardjo, pengetahuan gizi merupakan pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi, serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan3,4. Pengetahuan gizi memberikan bekal kepada seseorang tentang bagaimana memilih makanan yang sehat dan mengerti tentang hubungan erat antara makanan dengan gizi dan kesehatan5.

“Pengetahuan gizi amatlah penting untuk dimiliki dan diterapkan oleh semua orang dalam kesehariannya”

Pengetahuan gizi amatlah penting untuk dimiliki dan diterapkan oleh semua orang dalam kesehariannya. Terdapat beberapa hal yang membuat pengetahuan gizi penting, yaitu a) konsumsi zat gizi yang cukup mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan seseorang, b) setiap orang hanya akan merasa cukup jika makanan yang dikonsumsi mampu memberikan zat gizi yang dibutuhkan untuk pemeliharaan, pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, dan c) pengetahuan gizi dapat membantu untuk membuat orang belajar untuk menjadi sejahtera dengan melalui pemilihan dan pengonsumsian makanan yang lebih baik. 4,6

Daftar Pustaka
1. Shiyko M, Hallinan S, Seif El-Nasr M, Subramanian S, Castaneda-Sceppa C. Effects of Playing a Serious Computer Game on Body Mass Index and Nutrition Knowledge in Women. JMIR Serious Games [Internet]. 2016;4(1):e8. Available from: http://games.jmir.org/2016/1/e8/
2. Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. 1st Editio. Jakarta: PT Rineka Cipta; 2010.
3. S. L, C. D. Usia Menarche, Konsumsi Pangan dan Status Gizi Anak Perempuan Sekolah Dasar di Bogor. Jurnal IPB. 2007;
4. Suhardjo. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara; 1996.
5. Esi Emilia. Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi Pada Remaja Dan Implikasinya Pada Sosialisasi Perilaku Hidup Sehat. Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. 2009;1(1).
6. Arimurti DI. Pengaruh Pemberian Komik Pendidikan Gizi Seimbang Terhadap Pengetahuan Gizi Siswa Kelas V Sdn Sukasari 4 Kota Tangerang Tahun 2012. FKM UI. 2012;









Share:

Saturday, September 23, 2017

Permasalahan Obesitas Pada Remaja



Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian dunia dimana prevalensinya terus mengalami peningkatan1. Diestimasikan terdapat 1.9 juta orang dewasa yang mengalami overweight dan sekitar 600 ribu diantaranya terkena obesitas di seluruh dunia2. Di Indonesia sendiri, berdasarkan RISKESDAS 2013, terdapat 13,5 % penduduk dewasa yang terkena overweight dan 15.4 % terkena obesitas3. Penelitian terkait obesitas sudah banyak dilakukan dan salah satu fokusnya adalah tentang pencegahan obesitas melalui pola makan dan gaya hidup sejak masa anak – anak dan remaja.

Obesitas pada remaja merupakan masalah kesehatan serius yang penting dan perlu diperhatikan1. Remaja yang mengalami obesitas 80% diantaranya dikemudian hari akan menjadi dewasa obesitas karena kelebihan berat badan ketika masa remaja biasanya akan terbawa hingga dewasa4,5. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak – anak menjadi dewasa dimana mereka berusaha mencari jati dirinya dan berusaha lebih mandiri dari orang tua dan bertanggung jawab terhadap perilakunya, seperti perilaku makan dan aktivitas fisik serta olahraga. Hal ini mengakibatkan adanya perubahan dan penetapan pola makan pada seorang remaja dan akan terbawa hingga ia dewasa5,6. Beberapa tahun terakhir terdapat peningkatan prevalensi overweight dan obesitas pada masa anak – anak dan remaja yang dikaitkan dengan adanya pola makan yang salah, penurunan aktivitas fisik dan olahraga serta adanya konsumsi makanan tinggi kalori7. Konsumsi makanan yang salah dan berlebihan, ditambah pola hidup sedenter dan aktivitas fisik yang rendah mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan energi dan dapat menyebabkan adanya penimbunan lemak serta terjadinya obesitas. Perlunya adanya perubahan pola makan dan aktivias fisik sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya obesitas pada remaja dan dewasa obesitas dikemudian hari7.

Pengetahuan gizi sangat dibutuhkan untuk seseorang dan merupakan faktor penting dalam mengubah perilaku dan mendapatkan pola hidup sehat8. Pengetahuan gizi memberikan ilmu tentang pemilihan dan konsumsi bahan makanan yang baik untuk menjaga dan atau memperbaiki status gizi seseorang. Status gizi yang baik dan optimal akan terjadi jika pengonsumsian makanan baik dan mencukupi kebutuhan gizi seseorang per harinya dan tidak berlebihan. Kurangnya pengetahuan dapat menyebabkan ketidaktahuan tentang konsumsi makanan, jeleknya kualitas pola makan dan dapat memberikan gangguan pada status gizi seseorang9. Intervensi pengetahuan dan perubahan sikap dan perilaku terkait gizi dan aktivitas fisik diperlukan sebagai strategi untuk menurunkan kejadian obesitas dan mencegah terjadinya kelebihan berat badan di masa mendatang.

           

Daftar Pustaka :

1.        WHO Technical Report. Obesity : Preventing and Managing The Global Epidemic. Geneva; 2000.
2.        World Health Organization. Obesity Global Report [Internet]. 2014 [cited 2016 Nov 23]. Available from: http://who.int/nutrition/topics/obesity/en/
3.        Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta; 2013.
4.        Alberga AS, Sigal RJ, Goldfield GS, Prud’homme D, Kenny GP. Overweight and obese teenagers : Why is adolescence a critical period ? International Journal of Environmental Research and Public Health. 2015;12.
5.        Hochberg Z. Development plasticity in Child Growth and Maturation. Front Endrocrinal. 2011;2.
6.        Choi E-S, Shin N-R, Jung E-I, Park H-R, Lee H-M, Song K-H. A study on nutrition knowledge and dietary behavior of elementary school children in Seoul. Nutrition research and practice. 2008;2(4):308–16.
7.        Al-Hazzaa HM, Abahussain NA, Al-Sobayel HI, Qahwaji DM, Musaiger AO. Lifestyle factors associated with overweight and obesity among Saudi adolescents. BMC public health. 2012;12(1):354.
8.        Rustad C, Smith C. Nutrition Knowledge and Associated Behavior Changes in a Holistic , Short-term Nutrition Education Intervention with Low-income Women. Journal of Nutrition Education and Behavior. 2013;45(6):490–8.
9.        Esi Emilia. Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi Pada Remaja Dan Implikasinya Pada Sosialisasi Perilaku Hidup Sehat. Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. 2009;1(1).


Share:

Labels